Sabtu, 16 Maret 2013

Agathis dammara (Lamb.) Rich.


TAKSONOMI
Famili                                 : Araucariaceae
Nama latin                         : Agathis dammara L. C. Richard
Agathis loranthifolia R.A. Salisbury
Nama lokal/daerah             : damar (Indonesia); dayungon (Pilipina); kauri (England); kauri pine (Papua New Guinea); damar minyak (dagang).
DESKRIPSI MORFOLOGI
Pohon besar sekali, tinggi hingga 65 m, diameter hingga 1,6 m. Batang lurus, silindris, tidak berbanir berbanir, cabang besar sering mencuat ke atas, tidak beraturan. Kulit batang abu-abu muda hingga coklat kemerahan, mengelupas dalam serpihan besar tipis, berbentuk tidak beraturan, biasanya bopeng karena resin. Kayu gubal keputih-putihan hingga kecoklatan, kadang bersemu merah jambu tanpa teras yang jelas. Daun dewasa berhadapan, bundar telur, panjang 6 – 8 cm, lebar 2 – 3 cm, pangkal daun membaji, ujung runcing, banyak tulang daun sejajar. Bunga jantan dan betina berada pada tandan berbeda, pada pohon yang sama (berumah satu). Kerucut betina berbentuk elips hingga bundar berukuran 6 - 8,5 x 5,5 – 6,5 cm; terdiri dari sayap berukuran 30 – 40 x 20 - 25 mm, berbentuk segitiga kasar, batas bagian ujung membulat, sisinya rata, panjang 3 – 4 cm, diameter melintang 10 mm. Tangkai dari kelompok atau sebagian kerucut jantan memanjang hingga 4 mm, bersifat permanen atau menyatu dengan dasarnya; diameter melintang microsporophyl berukuran hingga 2 mm, bagian ujung membulat. Kerucut jantan berwarna hijau sampai hijau cerah dan berubah menjadi coklat saat masak dan pelepasan serbuk sari. Serbuk sari tidak bersayap berdiameter 20,16 – 50,4 mikron.
PERSEBARAN DAN HABITAT
Daerah penyebaran alaminya meliputi Papua New Guinea, New Britain, Indonesia (Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Irian Jaya), Philipina, Malaya. Jenis ini umumnya tumbuh pada dataran tinggi (300 – 1.200 m dpl) dengan kelembaban (3.000 – 4.000 mm/tahun). Temperatur rata-rata tahunan 25 – 300 C. Pada dataran rendah, jenis ini ditemukan pada tanah berbatu seperti pasir podzolik (pada hutan kerangas), ultrabasa, tanah kapur, dan batuan endapan. Anakan jenis ini memerlukan naungan dan memperlihatkan pertumbuhan yang lambat selama tahun pertama. Setelah bebas dari kompetisi dengan semak belukar, pertumbuhannya menjadi cepat, seperti terlihat pada sebagian besar hutan hujan primer. Sistem perakaran sensitif terhadap kekurangan oksigen dan pohon tidak tahan genangan air. Jenis ini ditanam sebagai hutan tanaman, penanaman sulaman dan reboisasi di berbagai wilayah sebaran alaminya. Di luar sebaran alaminya, telah di tanam di Jawa. Agathis memerlukan drainase yang baik dan tumbuh pada kondisi tanah dengan pH 6,0 – 6,5 serta tahan terhadap tanah berat (heavy soil) dan keasaman.
STATUS PERLINDUNGAN
IUCN                   : Vulnerable
PP No.7 199         : -
CITES                  : -


1 komentar: